
Waspadai Serangan Jantung Mengintai Anda! Oleh dr. David Dwi Ariwibowo, SpJP RS Royal Taruma
Siapa tak kenal serangan jantung? Sepertinya, hampir semua orang mengetahui penyakit yang datang secara tiba-tiba ini. Serangan jantung atau yang dikenal dengan heart attack merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
Serangan jantung atau dalam dunia medis dikenal dengan Sindroma Koroner Akut / SKA (Acute Coronary Syndrome / ACS) merupakan episode akut dari Penyakit Jantung Koroner / PJK (Coronary Artery Disease/ CAD). PJK terbagi menjadi dua, yakni bersifat stabil dan tidak stabil. Kondisi yang tidak stabil dan akut inilah yang dikenal sebagai serangan jantung.
Serangan jantung dapat menyerang individu yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan serangan tidak disadari dan akibat nya tidak segera ditangani. Untuk mewaspadainya, serangan jantung ini ditandai dengan nyeri pada dada. Pada umumnya, pasien menggambarkan rasa nyeri seperti ditekan/tertindih oleh sesuatu atau seperti dicengkram. Selain itu, ada juga yang merasakan nya seperti ditusuk dan terbakar.
Rasa sakit itu biasanya berada di area dada bagian tengah. Sensasi tersebut tidak dapat dilokalisir karena jantung merupakan organ dalam tubuh. Tidak seperti sakit yang asalnya dari kulit atau bagian dinding dada lainnya yang bisa dilokalisir bagian pastinya. Orang yang mengalami serangan jantung biasanya akan merasakan nyeri secara terus menerus selama lebih dari 10-20 menit.
Rasa nyeri bukan hanya dirasakan di bagian dada saja tapi juga menjalar ke salah satu lengan atau bahkan keduanya. Kasus yang paling sering terjadi penjalaran pada lengan sebelah kiri. dan dapat juga menjalar ke leher, rahang, hingga gigi.
Gejala penyerta lainnya adalah gejala otonom, yaitu mual, muntah, dan keringat dingin. Kondisi itu terjadi karena persyarafan jantung termasuk dalam persyarafan otonom.
Faktor resiko mengalami serangan jantung
Pada prinsipnya, semua orang memiliki resiko terkena serangan jantung karena adanya proses penumpukan lemak di dalam dinding pembuluh darah koroner yang disebut Aterosklerosis. Serangan jantung terjadi karena tumpukan lemak tersebut pecah (rupture) sehingga memicu terjadinya proses pembekuan darah di dalam pembuluh darah koroner jantung yang dapat menutup total aliran darah di pembuluh darah koroner.
Untuk mengurang resiko PJK dan serangan jantung ini, setiap individu harus mengenali secara dini dan melakukan kontrol terhadap semua faktor-faktor resiko yang telah dijelaskan diatas. Oleh karena itu, seseorang yang sudah berusia 35 tahun ke atas, disarankan untuk melakukan medical check up secara rutin.
Jika serangan jantung terjadi, harus segera dilakukan tata-laksana serangan jantung di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang memiliki kemampuan untuk itu. Tata-laksana ini berbeda-beda tergantung spektrum SKA yang terbagi atas tiga, yaitu spektrum ringan, sedang, dan berat. SKA ringan dapat berkembang menjadi sedang bahkan hingga berat. Ketiganya termasuk keadaan kegawat-daruratan sehingga penderita harus dibawa ke Rumah sakit sesegera mungkin, penundaan penanganan dapat berakibat fatal.
Jika serangan jantung spektrum berat terjadi sebelum 12 jam saat pasien datang ke Rumah Sakit, maka akan dilakukan tindakan reperfusi yaitu mengalirkan kembali aliran darah yang tersumbat di pembuluh darah koroner. Ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Percutaneous coronery intervention (PCI)
PCI adalah pemasangan stent atau secara awam dikenal sebagai “ring” yang dilakukan di laboratorium katerisasi jantung. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin sejak pasien datang ke rumah sakit dengan target waktu kurang dari 90 menit. Selain dilakukan pada pasien yang mengalami serangan kurang dari 12 jam juga dilakukan pada serangan lebih dari 12 jam namun masih merasakan nyeri dada yang berat atau pada keadaan tekanan darah yang rendah dan gangguan irama jantung yang mengancam jiwa.
- Terapi fibrinolitik
Terapi fibrinolitik adalah pemberian obat pengencer darah pada pasien. Obat tersebut diberikan dalam bentuk infus. Konsep pemberian obat hamper sama dengan PCI, yakni kurang dari 12 jam. Hanya saja, pemberian obat fibrinolitik ini terbatas karena tingkat keberhasilannya sedikit kurang disbanding PCI. Apalagi jika pasien mengalami gejala sudah lebih dari 3 jam dari serangan pertama. Pasien dapat beresiko terjadi pendarahan ringan hingga berat. Pendarahan ringan seperti gusi berdarah atau mimisan, sedangkan pendarahan berat seperti pendarahan otak yang dapat mengakibatkan stroke. Walaupun resiko pendarahan tersebut kecil, yaitu kurang dari 0,01% tetapi tetap harus diwaspadai.
Terkait hal ini, Rumah Sakit Royal Taruma merupakan salah satu rumah sakit di Jakarta yang memiliki fasilitas Primary PCI. Fasilitas ini memungkinkan penanganan pasien serangan jantung sesegara mungkin dalam waktu sembilan puluh menit setelah pasien datang untuk dilakukan tindakan PCI. Tim dokter spesialis jantung Rumah Sakit Royal Taruma siap 24 jam untuk melayani pasien serangan jantung.